Minggu, 09 Agustus 2020

Taat Kepada Aturan, Kompetisi dalam Kebaikan dan Etos Kerja

 

TAAT PADA ATURAN, KOMPETISI DALAM KEBAIKAN, DAN ETOS KERJA

A. TAAT KEPADA ATURAN

1.  Pengertian dan pentingnya taat kepada aturan

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah, Rasul, pemerintah, dll), tidak berlaku curang, dana tau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan.

Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt, Nabi, pemimpin atau yang lainnya.

Aturan paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt, yaitu terdapat pada Al-Qur’an, dibawahnya adalah aturan yang dibuat Nabi yang disebut sunnah atau hadits. Dibawahnya lagi aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintahan, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.

2.  Ayat Al-Qur’an Terkait Taat Kepada Aturan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS. An-Nisa [4] : 59)

 

Hukum Tawid


Sebab Turun Ayat (sabab an-nuzul)

Menurut Ibnu ‘Abbas, ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw).

Menurut As-Sady, ayat ini berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid yang diangkat menjadi pemimpin

 

Isi        Kandungan Qs An-Nisa [4] : 59

Ayat di atas memerintahkan kita untuk menaati perintah Allah Swt, perintah Rasulullah Saw, dan ulil amri. Tentang ulil amri, di bawah ini ada beberapa pengertiannya :

No

Nama Ulama

Pengertian

1.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari

Arti ulil amri adalah umara, ahli ‘ilmi wal fiqh ( mereka memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqih). Sebagian ulama lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw lah yang dimaksud ulil amri

2.

Al-Mawardi

Ada 4 pendapat dalam mengartikan ulil amri, yaitu : (1). Umara (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan). (2). Ulama dan fuqaha, (3). Sahabat-sahabat Rasulullah Saw, (4). Dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar

3.

Ahmad Mustafa

al-Maraghi

Ulil amri : umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan, dan seluruh pasukan lainnya.


Taat kepada ulil amri tidak bisa disamakan dengan taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Taat kepada ulil amri tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Artinya apabila perintah ulil amri bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka (ulil amri). maka dari itu, tidak disebutkan kata “ taat “ pada ulil amri.

 

3.      Sabda Rasulullah Saw

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“ dari Abi ‘Abdurrahman, dari ‘Ali, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah Swt, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf (baik) “ (H.R Muslim)

 

B.    KOMPETISI DALAM KEBAIKAN

Hidup adalah kompetisi untuk menjadi yang terbaik. Kompetisi yang selayaknya bagi orang-orang yang  beriman adalah kompetisi dalam kebaikan untuk meraih keridhaan-Nya. Sebagaimana dengan firman Allah Swt

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُون

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu “ (Q.S Al-Ma’idah [5] : 48)

 

Hukum Tajwid

Isi Kandungan Q.S Al-Ma’idah Ayat 48 :

·      Allah Swt menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun berbeda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari ridha Allah Swt atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

·      Al-Qur’an merupakan pembenar kitab-kitab sebelumnya.

·      semua perbedaan adalah rahmat dan untuk saling mengenal. Ayat ini mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia

·      semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt senantiasa melihat dan memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.

Di bawah ini adalah beberapa alasan kenapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan :

a.      Melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, dan harus segera dikerjakan

b.      Berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong menolong.

c.      Kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan.

Allah Swt bersabda :

... وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ...

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS Al-Ma’idah [5] : 2)

 

C.    ETOS KERJA

Seorang muslim harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidak semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, melainkan harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.

Dalam Al-Qur’an atau hadits Rasul ditemukan banyak literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawinya. Salah satunya adalah firman Allah Swt :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S At-Taubah [9] : 105

Hukum Tajwid

Isi Kandungan Qs. At-Taubah [9] : 105

·       Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya.

·       Allah Swt akan melihat dan menilai amal-amal tersebut.

·       Pada akhirnya seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt dengan membawa amal perbuatan masing-masing.

·       Mereka yang berbuat baik akan mendapatkan pahala, sedangkan yang berbuat keburukan akan mendapatkan siksaan

·       Allah Swt memerintahkan kita untuk bekerja , dan Allah pasti membalas semua yang telah kita kerjakan

·       Allah Swt juga memberikan perhatian kepada kita agar motivasi dan niat untuk bekerja juga harus benar.

 

Sabda Rasulullah Saw

عَنِ الْمِقْدَامِ - رضى الله عنه - عَنْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“dari Miqdam ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda : tidak seorangpun yang makan lebih baik dari pada makan hasil usahanya sendiri. sungguh Nabi Daud as, makan dari hasil usahanya (H.R Bukhari)

Menerapkan Perilaku Mulia

a.     Perilaku mulia ketaatan yang perlu dilestarikan adalah sebagai berikut

1.    Selalu manaati perintah Allah Swt, dan Rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit

2.    Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya

3.   Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat

4.   Menaati pemimpin selama perintahnya sesuai dengn tuntunan dan syariat agama.

5.   Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan

b.  Perilaku mulia kompetisi dalam kebaikan yang perlu dilestarikan adalah sebagai berikut :

1. Meyakini bahwa hidup ini adalah perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi

2.   Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal

3. Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya

4.    Selalu melihat sesuatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan

5. Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati, ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt (tawakkal)

c.      Perilaku  mulia etos kerja yang perlu dilestarikan adalah sebagai berikut :

1.  Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yan diinginkan

2.  Melakukan sesuatu dengan prinsip “ mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang “

3.    Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.

 

 UNTUK  MATERI BERFORMAT PDF, SILAHKAN DOWNLOAD DISINI

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERAIH BERKAH DENGAN MAWARIS

Meraih Berkah dengan Mawaris Peta Konsep A.        Menganalisis dan Mengevaluasi Ketentuan Waris dalam islam Mawaris merupakan serangk...